Minggu, 29 Mei 2011

Pengaruh Pemberian Massage terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitif, persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2002 ).

Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode nonfarmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik. Sedangkan metode nonfarmakologi lebih murah, simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Burns & Blamey, 1994; Cook & Wilcox, 1997). Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya. Relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, musik, guided imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Sylvia T seorang mahasiswa asal Amerika Serikat pada tahun 2001, menggunakan 10 metode nonfarmakologi yang dilakukan pada sample 46 orang didapatkan bahwa teknik pernapasan, relaksasi, akupresur dan massage merupakan teknik yang paling efektif menurunkan nyeri saat persalinan (Arifin, 2008).

Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, hal ini merupakan proses fisiologis. Secara objektif sebagaimana telah dilakukan penelitian oleh Niven dan Gijsbern pada tahun 1984 didapatkan bahwa nyeri persalinan jauh melebihi keadaan penyakit. Bagaimanapun nyeri harus diatasi, Browridge (1995) meyatakan bahwa nyeri yang menyertai kontraksi uterus mempengaruhi mekanisme fungsional yang menyebabkan respon stress fisiologis, nyeri persalinan yang lama menyebabkan hiperventilasi dengan frekuensi pernafasan 60-70 kali per menit sehingga menurunkan kadar PaCO2 ibu dan peningkatan pH. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah, maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin, nyeri juga meyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama, yang akhirnya dapat mengancam kehidupan janin dan ibu (Mander 2003). Nyeri yang lama dan tidak tertahankan akan menyebabkan meningkatnya tekanan sistol sehingga berpotensi terhadap adanya syok kardiogenik (Zulkarnain, 2003). Nyeri persalinan yang tidak tertahankan mendorong ibu bersalin menggunakan obat penawar nyeri seperti analgetik dan sedativa (Ridolfi dan Franzen, 2001), sedangkan obat-obat tersebut memberikan efek samping yang merugikan yang meliputi fetal hipoksia, resiko depresi pernapasan neonatus, penurunan Heart Rate / Central nervus system (CNS) dan peningkatan suhu tubuh ibu yang dapat menyebabkan perubahan pada janin (Mander, 2003).
Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate control yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall (dalam Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997). Teori ini menjelaskan tentang dua macam serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang mempunyai fungsi berbeda. Bidan mempunyai andil yang sangat besar dalam mengurangi nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009). Studi yang dilakukan oleh National Birthday Trust terhadap 1000 wanita menunjukkan bahwa 90% wanita merasakan manfaat relaksasi dan pijatan untuk meredakan nyeri (Findley dan Chamberlain,1999). Dua studi skala kecil menunjukkan bahwa pijatan dapat memberikan manfaat bagi wanita hamil dan wanita bersalin. Wanita yang mendapat pijatan secara teratur selama kehamilan mengalami penurunan kecemasan, penurunan nyeri punggung, dan dapat tidur lebih nyenyak dibandingkan wanita yang tidak mendapat pijatan. Kelompok yang mendapat pijatan juga memiliki lebih sedikit komplikasi pada persalinan dan memiliki lebih sedikit kadar hormon stres (Field et al., 1999). Wanita yang mendapat pijatan selama persalinan mengalami penurunan kecemasan, pengurangan nyeri, dan waktu persalinan lebih pendek secara bermakna (Field et., 1997) (Schott dan Priest, 2002).

Nyeri persalinan merupakan masalah yang sangat mencemaskan bagi ibu inpartu, khususnya ibu rimigravida, dan biasanya yang paling sering dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan metode massage, baik oleh petugas kesehatan, keluarga pasien maupun pasien itu sendiri. Tetapi kadang kala metode massage yang dilakukan tidak pada tempatnya sehingga hasilnya tidak efisien. Salah satu contohnya pada pelaksanaan teknik deep back massage, dimana seharusnya penekanan dilakukan tepat pada daerah secrum dengan telapak tangan dan posisi ibu dalam keadaan berbaring miring tetapi kadang kala penatalaksanaan tidak sesuai sehingga nyeri yang dirasakan oleh pasien tidak berkurang. Hal ini mungkin diakibatkan oleh posisi ibu tidak dalam keadaan berbaring miring, atau penekanannya tidak tepat pada daerah secrum. Hal ini tidak dilakukan satu kali saja tetapi harus berulang kali. Begitu juga dengan metode massage yang lain. Selain alasan yang di atas adapun alasan peneliti mengambil judul ini adalah untuk mengurangi penggunaan metode farmakologi yang menurut teori yang telah dijelaskan di atas bahwa obat-obat tersebut memiliki efek samping yang membahayakan bagi ibu dan janin. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh massage terhadap pengurangan rasa nyeri pada persalinan dengan melakukan salah satu metode massage, sehingga peneliti mengambil judul “Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri pada Persalinan kala I di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan pada Tahun 2010”.










B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, adakah pengaruh massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan Kala I ?

C. Tujuan Penelitian

1.      Tujuan umum

Mengidentifikasi pengaruh metode massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

2. Tujuan Khusus

a.       Mengidentifikasi pengaruh metode massage Effleurage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

 b. Mengidentifikasi pengaruh metode massage Abdominal Lifting terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

D. Manfaat Penelitian

1.      Bagi Praktek Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif teknik nonfarmakologi yang mudah untuk dilakukan tanpa efek yang membahayakan dalam memberikan intervensi dan asuhan kebidanan pada ibu selama persalinan kala I

2.      Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I

 3. Bagi Peneliti
.
Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan/pengetahuan peneliti tentang pengaruh massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  NYERI PERSALINAN

Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas.Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses kelahiran.Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit ( Kinney, 2002).

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).

B.   MEKANISME NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
C.  ETIOLOGI NYERI DALAM PERSALINAN

Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen yang menyokong struktur ini.
Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral. Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah mulainya kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebih cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi nyeri.
Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus. Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal,keganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007).
Nyeri pada tahap I persalinan timbul dari uterus dan adnexa saat berkontraksi, dan hal itu adalah nyeri viseral yang alami. Beberapa kemungkinan mekanisme yang menjelaskan hal ini yaitu: nosiseptif yang berasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini bahwa nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dan mekanisme distensi sesudahnya. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan uterus yang akan melawan obstruksi yang terjadi, serviks dan perineum mungkin juga berperan terhadap terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat, dan substan P. Bukti yang mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus didasarkan pada penelitian, hal ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh Bonica (Idmgarut, 2009).


D.  KLASIFIKASI NYERI

1.      Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :

a)      Nyeri akut

Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon nyeri akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.

b)      Nyeri kronik

Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten.

2.Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari :

a)      Nyeri somatik dan Nyeri visceral
Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial), yaitu pada otot dan tulang.

b)      Nyeri menjalar
Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.

c) Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikososial.

d) Nyeri phantom
Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi.

e) Nyeri neorologis
Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf (Hidayat, 2008).

E.   FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
1) Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2) Jenis kelamin
Gill (2000) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
5) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
7) Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

9) Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
F.   PENGUKURAN INTENSITAS NYERI
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
a.       Gambaran sederhana skala intensitas nyeri


 

No Worst         Mild                 Moderate         Sever           Very
Pain                 Possible           Pain                 Pain              Pain
                        Pain
b.      0-10 Angka Skala Intensitas Nyeri



 


0          1          2          3          4          5          6          7          8          9          10
            c. Skala Analog Visual ( VAS )
           
            No Pain as it Possible                                                                           Pain as bad Could
d. Skala nyeri menurut bourbanis
Skala nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri. Untuk menentukan derajat nyeri, bidan dapat menanyakan klien tentang nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya (Reeder dan Mark 1995). Nyeri  yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri, yaitu : 0 tidak nyeri. (Kinney, 2002).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).
G.  NYERI PERSALINAN KALA I

Pada persalinan kala I sebelum atau sesudah terjadi kontraksi, sering kali muncul lendir bercampur darah yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan, hal ini disebabkan oleh karena terlepasnya sumbatan pelindung pada leher rahim, karena servik mulai membuka dan mendatar sedangkan darah itu berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada disekitar Kanalis Servikalis yang peka akibat pergesaran yang terjadi sewaktu serviks membuka (Prawirohardjo, 2002).

Persalinan kala I ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak rahim kontraksi teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada umumnya kaitan persalinan sulit ditentukan, tahap pertama biasanya berlangsung jauh dari pada waktu yang di perlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap pertama persalinan dibagi menjadi tiga bagian yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Fase laten dimulai saat kontraksi yang teratur dan ditunjukkan dengan pembukaan serviks yang sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 sampai 4 cm, dangan lamanya pada primipara 4 sampai 6 jam tetapi tidak lebih 20 jam, sedangkan untuk multipara sekitar 4 jam tapi tidak lebih 14 jam. Kontraksi rahim terjadi selama fase laten dengan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kontraksi pada rahim berlangsung dari kontraksi ringan dengan lamanya 15 sampai 30 detik, dan berkembang menjadi nyeri sedang dengan lama kontraksi 30 sampai 40 detik dan frekuensi setiap 5 sampai 7 menit. ( Bobak,2004 ).

Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I, kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I ditranmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan skemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti sensasi kram, sensasi sobek, dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina dan jaringan perineum. Selama fase aktif, seviks berdilatasi (Bobak, 2004).
Rasa nyeri pada persalinan kala I terjadi karena aktivitas besar di dalam tubuh guna mengeluarkan bayi. Persalinan diartikan sebagai peregangan pelebaran mulut rahim. Kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi keluar. Otot-otot rahim menegang selama kontraksi. Bersamaan dengan setiap kontraksi, kandung kemih, rektum, tulang belakang, dan tulang pubic menerima tekanan kuat dari rahim. Berat dari kepala bayi ketika bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan tekanan. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut mugkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian menghilang seluruhnya (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).
Pada awal persalinan, kontraksi mungkin terasa seperti nyeri punggung bawah  yang biasa atau kram saat haid. Kontraksi awal ini biasanya berlangsung singkat dan lemah. Datangnya kira-kira setiap 15-20 menit. Namun, beberapa persalinan dimulai dengan kontraksi-kontraksi kuat yang lebih dekat jarak waktunya. Banyak wanita yang awalnya merasa sakit di bagian punggung mereka, yang kemudian merambat ke bagian depan. Bila kontraksi-kontraksi terus datang, tetapi hanya berlangsung kurang dari 30 detik, atau jika tidak begitu kuat, dan jika tidak berdekatan waktunya, berarti masih dalam tahap pra persalinan atau memasuki persalinan awal. Dalam persalinan sejati, kontraksi Akan bertambah kuat,panjang,dan makin berdekatan waktunya  (Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008).

H.    PENATALAKSANAAN NYERI
Pada umumnya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan farmakologis yaitu dangan menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan cara nonfarmakologis atau tanpa obat. Cara farmakologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesik yang bisa disuntikan, melalui infus int ra vena yaitu syaraf yang mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak langsung ( Kinney, 2002).
Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metoda nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga mempengaruhi respon terhadap nyeri menurut Melzack, yaitu strategi motivasi-afektif (interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan,memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitif-evaluatif (interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan sensori-dikriminatif (pemberitahuan informasi keotak menurut sensasi fisik) (Gadysa, 2009).

I.     PENGERTIAN MASSAGE

Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral.

J.    METODE MASSAGE

Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu :

1.      metode Effluerage

Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau setengah duduk,lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien.

2.      Metode Deep Back Massage

Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.



3.      Firm Counter Pressure

Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

4.      Abdominal Lifting
Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi.Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).
L.  METODE MASSAGE EFFLEURAGE
1. Definisi Effleurage
Massage atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah bentuk stimulasi kulit yang digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif.Effleurage berasal dari bahasa Prancis. Ketika catatan dari Dr. Fernand Lamazes diterjemahkan dari bahasa Prancis kedalam bahasa Inggris, salah satu kata yang baru adalah effleurage (Mons Dragon, 2004).
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan,effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di punggung. Tujuan utamanya adalah relaksasi. Gate Control Theory dapat dipakai untuk pengukuran efektifitas cara ini. Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn dalam otak. Effleurage atau pijatan pada abdomen yang teratur dangan latihan pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol dasenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot (Monsdragon, 2004).
Diawal persalinan, pemijat dapat digunakan kedua telapak tangannya untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu ke bawah dengan gerakan berirama, naik turun. Pijatan yang lama dan lambat akan terasa nyaman. Pastikan pemijat menggunakan seluruh bagian telapak tangannya. Jemarinya pun harus menyentuh tubuh sehingga merasakan ketegangan disana. Pada persalinan tahap lanjut, pemijat menggunakan tanganya untuk memijat kuat di pangkal tulang belakang atau gunakan ibu jari dengan gerakan lingkaran-lingkaran di sekitar cekukngan pantat mungkin, butuh tekanan lebih kuat didaerah itu. Sampaikan pada pemijat gerakan yang paling menolong (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).
2.Cara Melakukan Teknik Effleurage
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.
b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).
M. METODE MASSAGE ABDOMINAL LIFTING
Nyeri persalinan kala I fisiologis dapat diatasi dengan tindakan-tindakan seperti : distraksi, relaksasi, dan massage. Yang merupakan pendekatan non farmakologi dalam menurunkan dan mengatasi rasa nyeri, akan tetapi metode massage tersebut dapat juga membawa pada kegagalan karena disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah :usia, kelelahan, dan pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, pemberian massage abdominal lifting dapat diberikan pada ibu inpartu kala I fisiologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dengan memperhatikan keadaan dan kondisi ibu. Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut (Abdominal lifting) juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di punggung (Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008).
Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara : membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).


Kurang
(< 56 %)
 
Cukup
(56-76%)
 
Baik
(76-100 %)
0)
 
 Pemberian massage pada persalinan kala I :
1.definisi (C1)
2 .waktu dan frekwensi pemberian (C2)
3.tekhnik pemberian massage (C3)
 
N. KERANGKA KONSEPTUAL
Tetap
 
Berkurang
 
Hilang
 
Nyeri
 









Keterangan :
                 : diteliti
                 : tidak diteliti
                 : mempengaruhi
                 :  berhubungan
Gambar 2.1 Kerangka” Konseptual Pengaruh Pemberian Massage terhadap nyeri pada proses persalinan di kala I”
O. HIPOTESIS
H0 : Tidak ada pengaruh massage terhadap nyeri pada proses persalinan di Kala I
H1 : Ada pengaruh massage terhadap nyeri pada proses persalinan di Kala I

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode ini meliputi desain penelitian, waktu, dan tempat penelitian, kerangka penelitian, sampling desain, identifikasi, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa data, etika penelitian, dan keterbatasan peneliti.
  1. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah “Pra Eksperimental” dengan pendekatan One Shot Case Study yaitu melakukan intervensi pada suatu kelompok  (Nursalam, 2004). Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2003).
B.     Waktu dan tempat
                      Pelaksanaan penelitian tentang pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada proses persalinan  kala I di Desa Maesan Kecamatan Mojo  Kabupaten Kediri mulai Tanggal 6 -19 Maret 2011.
C.    Kerangka penelitian
                                Kerangka penelitian adalah: pentahapan (langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah), mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2003).


Masalah
Pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada proses persalinan Kala I Di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.
populasi
Seluruh ibu yang Inpartu di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri jumlah populasinya adalah 25 orang.

Sampling
Total  sampling
Sample
Seluruh ibu yang Inpartu di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri sebanyak 25 orang.
Pengumpulan data
Angket atau Quesioner
Pengolahan data dan analisa data
Koding,scoring,tabulating,uji statistic rank spearmen
Hasil penelitian
kesimpulan


Gambar 3.1 Kerangka Penelitian pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada proses persalinan Kala I Di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri
  1. SAMPLING DESING
a.      Populasi penelitian
Adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Saryono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang inpartu di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri sejumlah 25 orang.
b.      Sampel Penelitian
                                         Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakil suatu populasi (Saryono, 2008). Sampel penelitian ini  adalah seluruh ibu yang inpartu di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri sejumlah 25 orang.

      c.         Teknik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili pupulasi (Nursalam, 2001). Sampling yang digunakan adalah “Total Sampling” yaitu data yang diambil semua berdasarkan data yang ada jumlah yang ada diteliti 25 orang, dalam penelitian ini sampel diambil dari semua. Hal ini dilakukan karena jumlah responden sedikit sehingga responden diambil semua.

E.     IDENTIFIKASI VARIABEL

a. Variabel Dependent (tergantung/terikat)

Adalah variabel yang dipengaruhi Variabel dependent disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek, atau dampak (Saryono, 2008). Variabel dependent penelitian ini adalah pemberian massage.


b.Variabel  Independent (bebas)

Adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel dependent (Nursalam, 2004). Variabel ini dapat merupakan faktor resiko, penyebab (Saryono, 2008) variabel independent penelitian ini adalah nyeri pada persalinan kala I.



F.      DEFINISI OPERASIONAL

                               Definisi operasional adalah definisi yang memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel. Definisi operasional merupakan pedoman bagi peneliti untuk mengukur / memanipulasi variabel tersebut (Saryono, 2008).





Tabel 3.1 : Definisi operasional pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada persalinan Kala I di RB IBU HAWA Desa Maesan Kec Mojo Kabupaten Kediri.

No.
Variabel
Definisi operasional
Parameter
Alat ukur
Skala
Skor
1.
Variabel  independent
Pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada persalinan kala I.
Proses pengurangan rasa nyeri dengan cara mengelus-elus atau pijatan ringan pada daerah yang terasa  nyeri
-          Definisi pemberian massage
-          Waktu dan frekuensi dan pemberian massage.
-          Tehknik pemberian massage
Kuesioner
ordinal
Benar = 1
Salah = 0
Jumlah jawaban benar
Dipresentasikan sebagai berikut :


Baik      = 76 – 100%
Cukup  = 56 –   75%
Kurang = < 56%
2.
Variabel dependent pemberian massage
Suatu cara yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri

-          Frekuensi berkurangnya rasa nyeri sejak diberikannya massage
kuesioner
Ordinal
Frekwensi nyeri
Hilang  = 2
Berkurang  = 1
Tetap  = 0



G PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

          Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003).
1. Pengumpulan Data

a.    Instrumen atau Alat

                 Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002)

b.    Cara Pengumpulan Data
yang
                 Peneliti mendatangi ibu yang sedang inpartu. Sebelumnya mengisi kuesioner di RB diberi informed consent. Ibu mengisi sendiri lalu kueseioner yang telah diisi tersebut dikembalikan lagi kepada peneliti yang nantinya kuesioner tersebut akan dijadikan data yang nantinya akan diolah.

1.    Analisis Data

a.    Dari hasil pengisian kuesioner dilakukan dengan cara tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk prosentasi

1). Pengaruh Masssage
Skor tes pemberian massage dengan kuesioner
Jawaban benar = 1
Jawaban salah  = 0
Nilai kumulatif =
Kategori 
Baik     = 76 – 100%
Cukup  = 56 –   75%
Kurang = < 56%
(Arikunto, 2002)
2). Pengurangan Nyeri
Skor test pengurangan nyeri dengan kuesioner
Hilang                    = 2
Berkurang              = 1
                              Tetap                     = 0
                              Yang dimaksud dengan Hilang tidak nyeri sama sekali
                              Yang dimsksud dengan Berkurang jika dilakukan massage nyeri berkurang
                              Yang dimaksud Tetap jika dilakukan massage nyeri tetap
                              ( Diadaptasi sendiri)

b.    Setelah data terkumpul dan diprosentasikan kemudian dilakukan tabulasi silang antara variabel dependent dan variabel independent.

c.     Setelah data didapat maka hasilnya diolah dengan menggunakan Rank Spearman.
Rho xy =

Keterangan :
Rho xy : Koefisien korelasi tata jenjang
D           : Beda dari tata jenjang setiap subyek.
N           : Banyaknya jenjang

            Adapun dalam penelitian uji signifikan dilakukan dengan komputer dengan program SPSS (Statistik Program Sosial And Sain). Bila nilai Sig Cor p <0,05 maka ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independent, maka kesimpulannya hipotesa alternatif diterima. Dan apabila Sig Cor p >0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel dependent dan variabel independent, maka kesimpulannya hipotesa ditolak. Untuk menilai keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi sebagai berikut:

Bila interval Experimen 0,00-0,199 maka tingkat pengaruh sangat rendah, 0,20-0,399 maka tingkat pengaruh rendah, 0,40-0,599 maka tingkat pengaruh sedang, 0,60-0,799 maka tingkat pengaruh kuat, dan nilai interval  0,80-1,00 maka tingkat pengaruh sangat kuat.

H.    ETIKA PENELITIAN

                              Dalam melakukan penelitian; peneliti mengajukan permohonan kepada Direktur Prodi D III kebidanan untuk mendapatkan persetujuan kemudian kuesioner di isi oleh responden dengan melaksanakan pada etka yang meliputi
1.      Informed Consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian. Tujuannya agar subyek mengerti maksud dan tujuan peneliti. Jika subyek bersedia maka mereka harus menanda tangani lembar  persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

2.      Anominity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan lembar tersebut hanya diberi nomor tertentu.

3.      Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompokl data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


I.       KETERBATASAN PENELITIAN
               Peneliti menyadari bahwa dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian masih banyak dijumpai keterbatasan dan kekurangan, hal ini disebabkan:
1.      Pengumpulan data dengan kuesioner (instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti sehingga hasilnya kurang optimal)
2.      Waktu peneliti yang terbatas sehingga hasilnya kurang sempurna
3.      Pengalaman pertama kali ini melakukan penelitian sehingga masih banyak kekurangan dan hasilnya masih jauh dari sempurna
                                                                                         







4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. visit my blog.....


    www.braoxmabox.blogspot.com

    BalasHapus
  3. salam kenal saya soraya, saya ingin melihat penelitian mba dengan judul Pengaruh Pemberian Massage terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I bisa ga mba?

    BalasHapus
  4. maaf mbak,,itu hanya tugas proposal yg saya ajukan,,penelitian saya bukan tentang itu akhirnya,,, :)

    BalasHapus